DepressionPTSD

Journey To Recovery: Of Hopes And Prayers

Penulisan ini merupakan sambungan daripada episod sebelum ini:

Journey To Recovery: DID – Meet The Other Side Of Me

I’m truly being triggered with a case that happens at Michigan, US. Right now, 256 women and young girls are speaking out after being sexually abused by the former sports doctor, Larry Nassar. All that women and girls are gymnastic athlete.

That man is now being charged at the court, and currently waits for the judging. It’s already 80 victim have been speaking in the court, and the rest are queuing.

I feel sad, horribly sad with the victim. I feel angry, horribly angry with that sports doctor. I can feel the pain when the girls are speaking out, told that how their life were seriously affected after being assault by that man. They grew up with a traumatised life, and even till now, they still being haunted by the tragedy.

I feel impressed with all the girls that speak up. They are so strong can stand in front of that man, see his eyes, and speak. Although they are crying, and even couldn’t finish their words against that man, they are still strong to me.

They are doing great.

Congratulations to all the girls and women who are strong enough to speak out, I hope all of you would have a much better life after this.

Mr Nassar’s abuse went on for too long because nobody was listening to them, because, that time, they are still kids. They try to tell their trainer, the guard at the sport centre, and also their family, but nobody listen to them.

Making worst, when Larry Nassar was good at manipulating the child’s report to their family. He even make a good relationship with the victim’s family, that’s why most of victims parent didn’t believe what their daughter told them.

To me, it was a very tragic story. Just imagine how much the girls endure their pain when nobody believes what they told. Just imagine. And, what makes me even sadder is, I can see the family’s victim also together with their daughter in the court, give them hugs, give them spirits, and most important things is, together with the victim.

One thing I want to deliver to all people around the world, please listen to children when they report abuse and take action. An immediate action, gonna saves life’s. Trust me.

I still remember, when I was 6 years old, a night before going to kindergarten, my mom ask my eldest sister to iron my uniform. Budak-budak, biasalah, excited nak pergi sekolah. Saya dengan saudara kembar sangat happy waktu itu, berdiri di sebelah iron board sambil memegang baju masing-masing.

Saya sedih bila kak long tidak menggosok baju saya terlebih dahulu, dia menggosok baju kembar saya sambil menyuruh saya menggosok sendiri baju saya. Saya merajuk, cuba bagitahu emak. Emak hanya menjerit dari dapur, meminta kak long menggosok baju saya.

Saya masih lagi setia menunggu di sebelah iron board, kembar saya sangat happy waktu itu. Baju nya telah siap digosok dan digantung di almari pakaian. Saya menghulurkan baju yang dipegang kepada kak long.

Tanpa saya sangka, kak long mencampak baju itu ke belakang katil, tempat ceruk yang dipenuhi dengan habuk-habuk. Habis kotor baju sekolah saya. Yes, I still remember that moment.

Saya menangis teresak-esak. Sangat sedih diperlakukan begitu. Lagi terluka bila saudara kembar dan kak long mentertawakan saya yang sedang menangis. Seakan berasa puas melihat saya menangis. :’(

Saya juga masih ingat, sewaktu saya sekolah rendah. Saya bergaduh dengan kembar saya. Isunya, saya tidak puas hati bila dia tidak sama-sama tolong ibu saya mengemas rumah hari itu.

Sewaktu itu, abang saya berada di rumah, sedang bercuti semester dari sesi pengajiannya di matrikulasi. Entah macam mana, abang saya keluar dari bilik turut sama memarahi saya. Mestilah seronok kembar saya waktu itu, ada orang yang backup.

Tanpa semena-mena, saya menengking kembali abang saya. Terus dicapai pinggang ayah yang tergantung di dinding, dibagi nya pada kembar dan meminta kembar saya untuk memukul saya menggunakan tali pinggang itu.

Jatuh air mata saya ketika menaip kisah ini.

Diskriminasi terhadap ‘adik’ yang seorang ini di dalam keluarga dari kecil lagi berlaku. Sungguh, saya tak mengerti. Apa salah saya sebenarnya.

Saya dan kembar merupakan pasangan kembar yang tidak seiras. Selalu kak long saya mengejek saya, mengatakan kembar saya lebih cantik, lebih comel, lebih putih dan lebih segala-galanya dari saya. Apabila kak long memulakan, pastilah adik-adiknya yang lain mengikut.

Dan akhirnya, saya lah yang selalu dipinggirkan dalam kalangan adik-beradik saya. Waktu makan saja, pinggan saya mesti tidak akan ada di atas meja. Mana-mana yang ada di dapur ketika itu, pasti tidak akan tolong ambilkan sekali pinggan dan cawan minuman untuk saya.

Tetapi, bila tiba giliran saya di dapur, saya ambil saja untuk semua orang di dalam rumah saya ini.

Beberapa kali terkilan dengan kak long dan abang, yang hanya memberi hadiah pada kembar saya. Tidak kisah lah, sama ada hari jadi atau ada apa-apa pencapaian yang diraih oleh saudara kembar, pasti akan dirai dan dihargai oleh kak long dan abang saya.

Sudah acap kali hanya mampu menahan rasa apabila semua orang pulang ke rumah, semua akan bersembang dan bergurau tanpa menghiraukan saya yang hanya terperuk di dalam bilik. Gelak tawa mereka sangat menghiris perasaan saya.

Dan entah untuk kali ke berapa saya sangat terluka bila mereka akan sama-sama tidur di bilik kembar saya. Berbual hingga lewat malam, bertukar dan berkongsi cerita sesama mereka. Saya hanya mampu menangis bersendirian.

I just feel like, my heart is broke. My spirit is crushed. My soul faints, and I feel weak. Could someone rescue me from this dark cloud of despair? Selalu juga dimarahi oleh ayah kerana tidak keluar bilik sewaktu semua sedang berkumpul. Dikata tidak bergaul.

Macam mana saya mahu bergaul dengan mereka, terasa sangat awkward dan asing sekali. kalau saya keluar pon saya tidak akan dilayan. Tak ada beza macam tiang saja. Baik saya duduk dalam bilik, mereka keluar berjalan-jalan tanpa mengajak saya ikut bersama.

I don’t have much sweet and good memory with my brothers and sisters. Bukan senang nak ignore kan saja perasaan ini saat mereka ada di depan mata. Hakikatnya, saya hanya manusia, yang punya hati dan perasaan.

Saya juga ada impian, Untuk merasa disayangi dan dihargai oleh adik-beradik saya. Selalu saja merasa cemburu pada kawan-kawan dan orang sekeliling, apabila melihat kemesraan mereka bersama adik-adik beradik mereka.

Sangat cemburu bila melihat mereka boleh berkongsi cerita, boleh pergi jalan sama-sama, boleh bergurau sama-sama, boleh berpelukan mesra bersama-sama, saling melindungi antara satu sama lain, dan apa saja yang sepatutnya adik-beradik itu bererti.

Trust me, whenever I am having my semester break, I just come home for my mother.

If not, I don’t think I would come home. Because its been too long I live in that house, but I didn’t feel like I really really ‘live’ in it. Sebab tu saya express all those what I want from my brothers and sisters, towards to school student.

Whenever saya pergi program ke sekolah-sekolah, saya akan happy dapat jumpa adik-adik. Kalau group yang saya pegang tu, saya mesti akan jaga dan sayang sepenuh hati. Saya happy dapat bergurau, dan dapat bersama dengan mereka. Saya sangat happy bila telinga saya mendengar adik-adik ini memanggil saya dengan panggilan ‘kakak’, sangat happy bila ada adik-adik itu datang mengadu bergaduh sesama mereka, situasi ini selalu saya lalui jika berprogram di sekolah rendah.

Jika di sekolah menengah pula, saya sangat happy bila ada adik perempuan yang meluah perasaan dan secara personal meminta nasihat dari seorang yang dianggap seperti kakak ini.

Bila adik lelaki pula, jika tahu kat mana nak cucuk, mesti akan ada willing datang berjumpa saya, bercerita hal mereka. Setakat ini kebanyakannya suka bercerita tentang hal motor dan bola dengan saya. Hahah, saya layankan saja, seronok bersembang dengan mereka ini.

Hingga ke hari ini, saya selalu berdoa, moga hubungan saya dan adik beradik saya dapat pulih suatu hari nanti. Saya tetap doakan untuk mereka, saya tetap maafkan mereka dengan apa adanya mereka. kerana jauh di sudut hati saya ini, saya sangat sayang pada mereka.

Buat kita semua, belajar lah memaafkan walau payah.

Belajar lah melepaskan apa yang sudah berlalu walaupun memori itu masih tertusuk kemas di hati.

Belajar lah untuk tidak menghukum, sebab sebenarnya kalau kita sorang-sorang, kita dengan ALLAH saja yang tau kita siapa kan?

Kenapa nak kena belajar semua benda ni?

Easier said than done, but we must keep on working. Percayalah, dalam proses saya nak belajar semua yang saya nyatakan tadi, saya sudah berjuta kali dan masih lagi berperang dengan perasaan jahat dalam diri, sudah berjuta kali dan masih lagi menyalahkan takdir. Have faith, of all the hopes and prayers, have faith. Because…at the end, kita semua nak masuk syurga kan?

p/s : Brother Aiman, can I really contact you? Can I w/s you through phone?

– Johana –

Kisah Johana ini bersambung di part kelapan: Journey To Recovery: Have Faith

Berminat untuk menghantar kisah “perjuangan dalam senyap” anda? Klik di sini

Komentar FB

Komen

%d bloggers like this: